Penyebab dan dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap perikehidupan manusia sudah semakin luas dipahami masyarakat. Selain karena berita dan edukasi yang semakin meluas, dampak pemanasan global dan perubahan iklim juga sudah kita rasakan. Suhu udara yang semakin panas, cuaca yang semakin sulit diprediksi, semakin seringnya banjir, adalah beberapa hal yang menandai terjadinya perubahan iklim.
Badan Meteorologi Dunia melaporkan bahwa bulan Juli 2023 adalah bulan terpanas yang selama ini pernah tercatat, yaitu dengan suhu permukaan bumi rata-rata sebesar 16,95 derajat Celcius. Di urutan kedua adalah bulan Agustus 2023 dengan suhu rata-rata 16,82 derajat Celcius. Semakin meningkatnya suhu bumi ini tidak terlepas dari semakin tingginya jumlah gas rumah kaca (GRK) di atmosfir bumi. Badan Meteorologi Dunia melaporkan konsentrasi GRK di atmosfir, khususnya karbon dioksida, pada tahun 2021 telah mencapai 415,7 ppm. Kita juga mengetahui bahwa para ilmuwan yang tergabung dalam Panel Antar-pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah merekomendasikan bahwa untuk menjaga pemanasan global tidak melebihi 2 derajat Celcius maka konsentrasi karbon dioksida harus dijaga tidak melebihi 400 ppm.
Walaupun konsentrasi karbon dioksida di atmosfir telah melebihi 400 ppm, kita harus tetap optimis dan berupaya untuk menahan laju pemanasan global sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Pemerintah Indonesia terlibat aktif dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) dimana 195 negara telah menandatangani Persetujuan Paris untuk bersama-sama menahan laju pemanasan global dan mengurangi dampak perubahan iklim. Di tingkat individu, semua lapisan masyarakat diharapkan dapat menerapkan gaya hidup yang rendah karbon sehingga jumlah GRK yang dilepaskan ke atmosfir dapat dikurangi.
Karena karbon dioksida adalah GRK yang utama dari segi jumlah maupun umurnya di atmosfir, seringkali GRK disebut sebagai karbon. Tentunya penyebutan ini kurang tepat karena jenis GRK bukan hanya karbon dioksida dan karbon sendiri bukanlah gas. Tetapi sebagai istilah untuk menyederhanakan tentu saja ini tidak apa-apa selama kita tidak salah memahaminya. Berdasarkan pemahaman ini, jejak karbon adalah jumlah GRK yang kita lepaskan sebagai akibat dari kegiatan yang kita lakukan. Sumber utama yang menyebabkan emisi GRK adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin dan batubara.
Banyak kegiatan kita yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya untuk transportasi dan penyediaan listrik. Jejak karbon biasanya diukur dalam satuan ton karbon dioksida (tCO2) atau setara ton karbon dioksida (tCO2e) bila GRK-nya dari berbagai jenis. Sebenarnya seberapa besarkah satu ton karbon dioksida? Bila satu ton gas karbon dioksida kita masukkan dalam bola, maka bola tersebut harus berdiameter 10,07 meter. Bisa kita lihat dalam gambar bahwa bola tersebut lebih besar dari bis tingkat. Satu ton karbon dioksida itu akan dilepaskan bila kita memakai listrik sebanyak 1250 kWh atau berkendara mobil sejauh 6000 km.
Jejak karbon juga akan berbeda sesuai kondisi perekonomian suatu negara. Jejak karbon per kapita di negara maju bisa mencapai 16 tCO2 sedangkan di negara berkembang ada di kisaran 2 – 8 tCO2. Hal ini karena tingkat pemakaian bahan bakar per kapita di negara maju juga lebih tinggi dibanding negara berkembang. Tantangan negara berkembang saat ini adalah bagaimana memajukan perekonomiannya, tanpa harus meningkatkan jejak karbonnya.
Kalkulator Jejak Karbon ini dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam memahami dampak dari kegiatannya sehari-hari terhadap jumlah emisi GRK. Dengan Kalkulator ini, kita dapat dengan mudah dan cepat memperkirakan jejak karbon dari listrik yang kita pakai, sampah yang kita hasilkan, transportasi yang kita gunakan, dan kegiatan yang kita laksanakan.
Perhitungan dalam Kalkulator Jejak Karbon ini telah menggunakan data faktor emisi yang berlaku di Indonesia atau yag paling dekat dengan kondisi di negara kita. Contohnya adalah data faktor emisi untuk pemakaian listrik dimana telah disesuaikan dengan lokasi provinsi tempat kita berada. Perlu dicatat bahwa tujuan Kalkulator ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat atas jejak karbon-nya dan tidak ditujukan sebagai alat untuk menghitung jumlah emisi GRK secara akurat dan terverifikasi. Untuk keperluan tersebut, perhitungan yang lebih rinci perlu dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.